welcome my blog's

Senin, 02 Mei 2011

opini " kebangkitan yang loyo ( memaknai hari kebangkitan nasional) "


oleh : ADE SATRIA MUSLIM
Ketua Kam Pembaharuan dan anggota  LAM & PK
Fakultas Hukum Universitas Andalas


Makna Kebangkitan  Nasional yang jatuh tiap tanggal 2 Mei selalu dilakukan dengan sebuah ceremonial atas penghargaan terhadap para founding father yang telah berjuang untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan penuh kekuatan, persatuan dan kesatuan yang dimunculkan oleh pemuda-pemuda perumus kemerdekaan dahulu , hanya untuk mengejar satu kata, MERDEKA! Indonesia merupakan Negara yang berdaulat dan merdeka, telah tiga fase perjalanan yang dilakukan bangsa ini pasca merdeka ; orde lama, orde baru, dan reformasi. Perubahan itu dilakukan senantiasa hanya untuk menjadikan Indonesia adalah Negara yang patut diperhitungkan dimata dunia.
103 tahun sudah boedi oetomo lewat organisasinya menyerukan suatu kebangkitan untuk melawan penjajah dan merebut wilayah kekuasaan kita dari tangan company  yang sudah berabad-abad menjajah kita. Semangat kebangkitan nasional 2 mei 1908 ini membuat suatu pergerakan yang drastis sehingga  muncul beberapa organisasi pra kemerdekaan; tahun 1911 berdiri organisasi Serikat Islam, 1912 Muhammadiyah, 1926 Nahdatul Ulama, dan kemudian pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia.
“janganlah kamu bertanya apa yang telah diberikan Negara kepadamu, tapi apa yang dapat kamu  berikan pada negaramu “. Pidato John F. Kennedy ini menjadi tombak semangat perjuangan demi membela dan memberikan sumbangsih kita kepada Negara sampai saat ini. Dengan adanya suatu perjuangan demi Negara , akan lahirlah suatu kebangkitan dalam negeri, kebangkitan nasional.
Mengembalikan Jati Diri Bangsa
Makna dari kebangkitan nasional masih dirasa pelik. Ditambah dengan keadaan bangsa yang semakin lama semakin hancur. Kondisi ekonomi, politik , hukum yang tidak terkontrol yang jauh dari aturan pokok konstitusi mencerminkan keadaan bangsa yang sudah diambang kehancuran. Reformasi yang tujuannya untuk mensejahterakan rakyat, nyatanya malah menyengsarakan rakyat. Makin tingginya angka kemiskinan , hak-hak warga Negara dalam konsittusi terabaikan, banyak masyarakat yang tidak tidak mempunyai tempat tinggal, pengangguran, dan anak-anak terlantar yang seharusnya menjadi tanggung jawab Negara dan berhak untuk mengenyam pendidikan. Sangat kontradiktif dengan tujuan hakiki dari sebuah kebangkitan .
Kita sudah berhasil merubah paradigma dari sebuah Negara kekuasaan menjadi Negara hukum. Memang system Eropah Continental yang kita anut relatif lebih baik dari pada anglo saxon yang cenderung represif dalam menjalankan kekuasaanya. Namun dalam prakteknya, supremacy of the law harus dijunjung tinggi, bukan di politisir dengan mengutamakan suatu kepentingan tertentu. Hukum seakan-akan tidak bertaring jika politik sudah berada di garda terdepan, yang dalam kajian ilmu hukumnya proses hukum itu terbentuk dengan adanya suatu unsur politik, namun ketika politik sudah bergerak hukum itu seakan-akan di bawah kekuasaan politik.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan sumber daya alam. Berdasarkan data dari Gross Domestic Product  atau dalam bahasa Indonesia dikenal istilah Produk Domestik Bruto Indonesia merupakan sepuluh Negara terkaya akan SDA dunia. Namun dari segi eksplor maupun eksploit , kita masih belum mampu untuk memaksimalkannya, karena terkendala dengan kualitas SDM yang mayoritas masih rendah. Indonesia masih menjadi Negara peng impor yang mana bahan-bahannya tersebar luas di seluruh pelosok negeri. Di bidang ekonomi dan bisnis, kita masih terjajah secara tidak langsung oleh pihak asing. Segala aspek usaha dikuasai oleh pihak asing, kita hanya bisa menyaksikan dan terkadang menjadi buruh di Negara sendiri. Sangat ironis sekali ketika melihat sesuatu yang berharga ada di depan kita, namun untuk menggapainya harus lewat kuasa orang lain , sehingga kita hanya mendapatkan sisa-sisanya saja. Para elit bangsa lebih mengutamakan kepentingan kapitalis dari pada kepentingan rakyat, sehingga rakyat semakin bodoh yang hanya mampu membuat surat-surat administrasi ketimbang mengelola suatu perusahaan. Sehingga wajar saja pola hidup konsumtif masih tetap dominan di kalangan masyarakat kita.
Pemuda harapan kebangkitan bangsa
Check and balances antara penguasa dan rakyat sangat dibutuhkan, kritikan-kritikan yang membangun akan menghasilkan demokrasi yang sistematis dan berkualitas secara subtantif. Pemuda besar pengaruhnya akan suatu kebangkitan di negeri ini, dengan pola pikiran yang masih matang dan jiwa semangat yang tinggi menjadi topangan hidup masyakat akan suatu penerus bangsa yang bisa merubah kondisi bangsa yang secara general ini masih dianggap buruk. Kebangkitan diawali dengan perubahan dan keinginan untuk melakukan perubahan, ini bisa ditekankan kepada para pemuda-pemuda seperti yang telah diperlihatkan oleh Bung Boedi Oetomo dalam semangat proklamasinya. Sedangkan kita hanya melanjutkan dari perjuangan para funding father terdahulu.
Dengan tetap berpedoman pada suatu filsafat , “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya terdahulu “. Pemahaman itu bisa dilakukan dengan peningkatan moral bangsa dengan menumbuhkan budaya malu dalam setiap aktifitas bagi tiap warga Negara. Malu untuk korupsi, malu untuk tidak berkerja, yang paling utama, malu untuk tidak mengabdi kepada Negara. Apabila karakter bangsa sudah terbentuk dengan baik , maka untuk memulai suatu perubahan akan semakin mudah.
Juga tidak luput peran, kinerja serta partisipasi para kaum elit bangsa yang sedang berada dalam kekuasaannya untuk mengubah bangsa itu sendiri. Dengan kebijakan-kebijakan yang tetap mengacu keberpihakannya kepada rakyat, bukan kepada kepentingan tertentu. Dan moment kebangkitan nasional ini jangan hanya dijadikan sebuah kebiasaan buruk yang tetap berpijak kepada perayaan yang bersifat gelamour namun makna yang sebenarnya terletak pada keinginan para pemimpin dan pemuda-pemuda harapan bangsa untuk merubah dan membangkitkan Indonesia untuk kearah yang lebih baik.

1 komentar: